Makam Datu Museng, Pahlawan dan Kisah Cinta Tragis yang Kini Terhimpit Pusat Kuliner Makassar - Integritas-news

Breaking

Kamis, 28 Agustus 2025

Makam Datu Museng, Pahlawan dan Kisah Cinta Tragis yang Kini Terhimpit Pusat Kuliner Makassar

integritasnewsindonesia.com -- Nama Datu Museng begitu lekat dalam ingatan masyarakat Makassar, bukan hanya karena perjuangannya melawan penjajah Belanda, tetapi juga kisah cintanya dengan Maipa Deapati. Keduanya memilih jalan sehidup semati—Maipa meminta Datu Museng mengakhiri hidupnya agar tidak jatuh ke tangan orang lain, dan tak lama kemudian Datu Museng pun menyusulnya.

Sebagai penghormatan, namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Makassar, Sulawesi Selatan. Di jalan tersebut terdapat sebuah makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatannya. Lokasinya berada di pusat kota, dekat Pantai Losari, tepatnya di Jalan Penghibur. Kini, makam tersebut terhimpit di antara rumah makan dan lapak kuliner.

Bangunan makam bercat hijau dengan pagar besi setinggi dua meter, di bagian depan terpasang papan informasi mengenai riwayat Datu Museng. Di dalamnya, terdapat ruang kecil dengan makam berwarna putih menghadap ke selatan, dilengkapi kelambu putih serta sajadah di sampingnya. Selain itu, terdapat kasur yang menurut penjaga makam diyakini sebagai tempat Datu Museng beristirahat.

Hingga kini, makam ini masih ramai diziarahi masyarakat, baik dari Makassar, luar daerah, bahkan wisatawan mancanegara. Keturunan Maipa Deapati dari Sumbawa pun kerap datang berziarah. Biasanya, pengunjung ramai di akhir pekan, malam Jumat, atau menjelang keberangkatan haji dan umrah untuk berdoa memohon keselamatan.

Sebagian pengunjung datang untuk menunaikan nazar, sebagian lainnya meyakini makam ini sebagai penolak bala. Doa-doa dipanjatkan, mulai dari permohonan rezeki, keselamatan keluarga, hingga harapan agar anak-anak diberkahi.

Lebih dari sekadar tempat ziarah, makam Datu Museng menjadi saksi sejarah akan kisah cinta, keberanian, dan pengorbanan. Di tengah modernisasi Kota Makassar, keberadaannya tetap menjadi pengingat bahwa nilai perjuangan dan warisan budaya tidak pernah benar-benar hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar