Exit Poll Pemilu AS Ungkap Kekhawatiran Utama Warga Amerika - Integritas-news

Breaking

Rabu, 06 November 2024

Exit Poll Pemilu AS Ungkap Kekhawatiran Utama Warga Amerika

Jakarta -- integritas-news -- Pada pemilihan presiden Amerika Serikat yang digelar Selasa (5/11/2024) waktu setempat, hampir 75% pemilih merasa bahwa demokrasi Amerika berada dalam bahaya.

Berdasarkan data exit poll nasional dari Edison Research, banyak pemilih mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam tentang stabilitas negara setelah kampanye sengit antara Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.

Topik utama yang menjadi perhatian pemilih adalah demokrasi dan ekonomi, diikuti isu-isu lain seperti aborsi dan imigrasi. Sekitar 73% pemilih percaya bahwa demokrasi terancam, sementara 25% merasa kondisi demokrasi di AS masih aman.

Pemilu kali ini mempertemukan dua visi yang sangat berbeda untuk masa depan negara. Kampanye penuh gejolak ini diwarnai oleh peristiwa-peristiwa luar biasa, seperti dua upaya pembunuhan terhadap Trump, pengunduran diri mendadak Presiden Joe Biden, dan karier politik Harris yang terus menanjak.

Kedua kandidat tampak memiliki peluang yang seimbang setelah miliaran dolar diinvestasikan dalam kampanye intensif selama berbulan-bulan.

Trump menggunakan hak pilihnya di dekat kediamannya di Palm Beach, Florida, sementara Harris, yang telah memilih melalui surat di California, menghabiskan hari dengan melakukan wawancara radio guna mendorong pemilih. “Jika saya kalah dalam pemilihan yang adil, saya akan jadi yang pertama mengakuinya,” kata Trump kepada wartawan, dilansir dari Reuters.

Sementara itu, Harris menyatakan kegembiraannya dalam sebuah wawancara radio karena berkesempatan berpidato di hadapan mahasiswa di Howard University, kampus yang ia banggakan.

Exit poll nasional ini memberikan gambaran pandangan publik, namun tidak selalu mencerminkan hasil dari tujuh negara bagian utama yang diprediksi akan menentukan pemenang pemilu.

Exit poll ini menunjukkan variasi dalam partisipasi pemilih dari berbagai kelompok demografi, memberikan wawasan tentang perubahan pola pemilih dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.

Menjelang pemilu, survei menunjukkan persaingan ketat di tujuh negara bagian utama: Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin. Terlepas dari hasilnya, sejarah akan tercipta.

Harris, 60 tahun, yang merupakan wakil presiden wanita pertama, berpeluang menjadi presiden perempuan pertama serta presiden pertama yang memiliki latar belakang Afrika-Amerika dan Asia Selatan. Sementara Trump, 78 tahun, berpotensi menjadi presiden pertama yang memenangkan masa jabatan non-berturut-turut dalam lebih dari satu abad.

Pertarungan ini mencerminkan polarisasi mendalam di masyarakat Amerika. Retorika Trump yang makin gelap dan apokaliptik kontras dengan seruan Harris untuk persatuan, yang memperingatkan bahwa periode kedua Trump bisa membahayakan demokrasi Amerika. Pemilihan ini juga akan menentukan kendali atas Kongres, di mana Partai Republik memiliki peluang lebih besar untuk merebut Senat, sementara hasil di DPR masih belum pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar