integritasnewsindonesia.com -- Konflik geopolitik antara Iran dan Israel terus mengalami eskalasi. Kedua negara saling melancarkan serangan, termasuk penggunaan rudal dan drone. Pada Jumat dini hari (14 Juni 2025), Israel menyerang sejumlah fasilitas nuklir di Iran, termasuk yang berada di Teheran. Serangan ini menewaskan sejumlah tokoh penting militer dan ilmuwan nuklir Iran, termasuk Ali Shamkhani, yang berperan sebagai penghubung komunikasi dengan Amerika Serikat.
Sebagai respons, Iran membalas dengan meluncurkan rudal ke wilayah Israel, termasuk Tel Aviv. Serangan ini menyebabkan kerusakan parah di beberapa gedung dan menambah jumlah korban jiwa: setidaknya 80 orang di Iran dan 10 di Israel.
Israel mengklaim serangan tersebut dilakukan karena ancaman dari fasilitas militer dan nuklir Iran. Namun, publik dalam negeri dan pengamat internasional meragukan narasi tersebut, karena Iran bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Kecurigaan Nuklir dan Posisi Israel
Israel, meski tidak secara resmi mengakui, diyakini memiliki senjata nuklir dan memandang kemungkinan Iran memiliki senjata serupa sebagai ancaman besar. Tel Aviv menyatakan Iran dapat memproduksi bom nuklir dalam hitungan bulan. Namun, pernyataan ini bertentangan dengan laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan intelijen AS yang menyebut Iran belum mengembangkan senjata nuklir atau mengaktifkan programnya sejak 2003.
Ambisi Regional dan Strategi Netanyahu
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut Iran sebagai pusat jaringan anti-Israel di kawasan, menyamakan Iran dengan “kepala gurita” dan kelompok seperti Hizbullah, Hamas, serta Houthi sebagai “tentakelnya”. Setelah melemahkan Hamas dan Hizbullah sejak perang Gaza 2023, Israel tampaknya melihat kesempatan strategis untuk menyerang Iran dan mengubah tatanan regional.
Beberapa analis bahkan menilai bahwa Israel berharap bisa mendorong perubahan rezim di Iran, meski hal itu memerlukan konflik jangka panjang yang lebih luas dari kemampuan militer Israel saat ini.
Kepentingan Politik Netanyahu
Banyak kalangan menuduh Netanyahu memanfaatkan ketegangan militer demi kepentingan politik pribadi. Ia tengah menghadapi tekanan politik dalam negeri akibat kegagalan intelijen pada serangan 7 Oktober 2023 serta berbagai tuduhan korupsi. Perang dinilai menjadi cara baginya untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan memperkuat posisi dalam koalisi yang rapuh.
Meski begitu, serangan ke Iran mendapat dukungan dari sebagian besar elite politik Israel, termasuk pihak oposisi seperti Yair Lapid dan Yair Golan. Namun, kritik tetap bermunculan, menyebut bahwa keputusan Netanyahu dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, bukan ancaman nyata terhadap negara.
Social Media